watch sexy videos at nza-vids!
WWW.CERITAINDO.SEXTGEM.COM

Find us On Facebook and Twitter
facebook.jpg | twitter.jpg

Cerita sexs
Pijatan mbak sum

Kurasa hampir semua orang pasti pernah
merasakan dipijat, apa lagi para laki-laki hidung
belang seperti sebagian besar pembaca RumahSeks.
Kurasa sebagian besar dari mereka pasti punya
langganan pemijat di panti-panti pijat yang
menjamur di mana-mana.
Itulah enaknya jadi kaum laki-laki, ibaratnya seperti
iklan minuman ringan, bisa di mana saja, kapan saja
dan dengan siapa saja. Ini berbeda sekali dengan
kaumku, kalau badan pegal harus susah payah cari
mbok pemijat yang belum tentu ada di setiap
tempat, apa lagi di kota besar seperti Surabaya ini.
Biasanya kalau badanku terasa pegal-pegal, kuminta
bantuan adikku untuk memijatnya. Kadang kami
bergantian saling pijat. Tetapi hari ini rumahku
sedang kosong. Adikku masih kuliah sedangkan
orang tuaku belum pulang dari tugas rutinnya
mencari nafkah.
Hari ini aku agak sedikit kurang enak badan. Terasa
sekali badanku pegal-pegal, namun di rumah
sedang tidak ada siapa-siapa. Kucoba bertanya
kepada tetangga kanan kiri barangkali ada yang tahu
kalau-kalau ada tetangga sekitar yang bisa memijat.
Sebenarnya aku tahu bahwa di ujung gang sana ada
seorang tukang pijat yang terkenal di sekitar
rumahku, tapi laki-laki, namanya Pak Mat. Tidak bisa
kubayangkan bahwa tubuh molekku ini bakal dipijat
oleh seorang tukang pijat laki-laki, bisa-bisa yang
dipijat nanti hanya di daerah-daerah tertentu saja.
Akhirnya aku dapatkan juga seorang tukang pijat
wanita. Namanya Mbak Tun yang rumahnya juga
tidak begitu jauh dari rumahku. Kucoba untuk
mendatangi rumah Mbak Tun yang jaraknya hanya
sekitar dua ratus meter dari rumahku. Kebetulan
Mbak Tun ada di rumah dan bersedia datang ke
rumah untuk memijatku. setelah berganti pakaian
dan membawa sedikit perlengkapannya, Mbak Tun
mengikutiku pulang.
Mbak Tun usianya masih relatif muda, hanya sedikit
lebih tua dariku. Perkiraanku Mbak Tun saat ini
berusia sekitar 35 tahun. Namun di usianya yang
relatif masih muda itu Mbak Tun sudah menjanda.
Ia hidup bersama ibunya, satu-satunya orang
tuanya yang masih tersisa.
Mbak Tun sudah 6 tahun bercerai dengan suaminya
yang telah kawin lagi dengan wanita lain karena
perkawinannya dengan Mbak Tun tidak dikaruniai
anak. Cerita tentang Mbak Tun ini kuperoleh dari
Mbak Tun sendiri saat memijat tubuhku. Sambil
memijat Mbak Tun bertutur tentang kehidupannya
padaku.
Walau tinggal di Surabaya, Mbak Tun tetap seperti
layaknya orang udik, pengalamannya masih sedikit
sekali soal dunia modern, namun untuk urusan sex
sepertinya Mbak Tun punya cerita tersendiri.
Semuanya akan kukisahkan pada ceritaku kali ini.
Sesampai di rumahku, Mbak Tun kuajak langsung
masuk ke kamarku yang sejuk ber-AC. Suhu udara
di luar sana bukan main panasnya, beberapa bulan
terakhir ini kota Surabaya memang sedang dilanda
cuaca panas yang luar biasa, konon panasnya
mencapai 37 derajat celcius.
Kubuka kancing hemku dan kutanggalkan hingga
bagian atas tubuhku yang mulus terpampang
dengan jelas sekali. Payudaraku tampak segar dan
ranum dengan ujung puting susuku yang bersih
berwarna merah muda sedikit kecoklatan. Rok
miniku juga kutanggalkan.
Kini tubuhku sudah hampir telanjang bulat, hanya
tersisa CD yang kukenakan. Mata Mbak Tun tampak
terkagum-kagum pada bentuk tubuhku yang
ramping dan sexy, terlebih saat melihat bentuk CD-
ku yang mini itu. Aku saat itu memakai G String
berenda yang ukuran rendanya tak lebih dari
seukuran satu jari melingkari pinggangku,
selebihnya sepotong rendah yang tersambung di
belakang pinggangku, turun ke bawah melewati
belahan pantatku, melingkari selangkanganku hingga
ke depan. Tepat di bagian vaginaku, terdapat secarik
kain berbentuk hati kecil yang keberadaannya hanya
mampu menutupi bagian depan liang vaginaku.
Lalu aku tengkurap di tempat tidur dengan hanya
memakan CD. Mbak Tun mulai memijat telapak kaki,
mata kaki, betis, naik lagi ke pahaku. Awalnya aku
biasa-biasa saja, pijatan tangannya juga terasa pas
menurutku, tidak terlalu lemah dan juga tidak terlalu
keras yang dapat menyebabkan terasa lebih sakit
setelah dipijat. Menurutku, cara memijat Mbak Tun
cukup baik. Setelah memijat kaki kanan, kini Mbak
Tun berpindah memijat kaki kiriku, urutannya
seperti tadi. Kini giliran pahaku bagian atas yang
dipijat juga kedua belahan pantatku.
"Mbak! CD-nya kok modelnya lucu ya?" tanya Mbak
Tun lugu mengomentari bentuk CD-ku.
"Emangnya kenapa Mbak Tun?" tanyaku padanya.
"Oh enggak Mbak! Kalau dipakai kok seperti tidak
pakai CD aja ya? Bokong (pantat) Mbak tetap
kelihatan, dan bagian depannya, jembut (bulu
kemaluan) Mbak juga kelihatan, Hii.. Hii.. Hii..! Kalau
aku sih tidak berani pakai CD yang model begitu",
oceh Mbak Tun masih mengomentari bentuk CD
yang kupakai saat itu.
Sambil mengngoceh dan bercerita, tangan Mbak
Tun tetap memijat pahaku. Yang kini dapat giliran
adalah pahaku bagian atas, tepatnya di daerah
pangkal paha dan belahan pantatku. Aku sengaja
tidak menjawab ocehannya karena aku ingin
menikmati pijatannya. Sambil sedikit tiduran,
mataku kupejamkan saat dipijat Mbak Tun.
Letak kedua kakiku dibentangkan terpisah agak lebar
sehingga posisi pahaku terbuka. Mbak Tun memijat
bagian dalam pahaku yang bagian atas dekat
selangkanganku hingga aku merasakan sedikit geli,
tapi enak sekali. Selain pegalku di bagian kaki dan
paha mulai sedikit berkurang, aku juga mulai
merasakan horny, apa lagi saat jari-jari Mbak Tun
memijat bagian pangkal pahaku. Jarinya sempat
menyentuh gundukan vaginaku hingga rasanya
ujung CD-ku mulai lembab. Untungnya Mbak Tun
sudah mulai pindah posisi memijat punggungku,
naik ke leher dan berakhir di kepalaku.
Selesai memijat bagian belakang tubuhku, Mbak Tun
mengambil body lotion dan dioleskannya ke kaki
dan pahaku. Rasanya sedikit dingin saat mengenai
kulitku. Kalau tadi memijat, kini Mbak Tun ganti
mengurut tubuhku mulai dari telapak kaki, betis
hingga pahaku. Kembali saat mulai mengurut
pahaku bagian atas aku merasa geli, terlebih saat
paha bagian dalamku yang diurut olehnya.
"Mbak! CD-nya dilepas aja ya, toh percuma pakai CD
cuma sepotong begitu, lagian kita kan sama-sama
wanita dan tidak ada orang lain di kamar ini, soalnya
nanti kena hand body nyucinya susah", pinta Mbak
Tun padaku.
Tanpa menjawab, kumiringkan sedikit tubuhku
sambil sedikit membungkuk. Kubuka CD-ku dan
kulepas dengan bantuan ujung kakiku. Kini aku telah
telanjang bulat tanpa sehelai benang pun menutupi
tubuhku. Posisiku kembali tengkurap menunggu
tangan Mbak Tun kembali mengurut tubuhku.
Mbak Tun kembali ke tugasnya mengurut bagian
bawah tubuhku yang sudah dilumuri body lotion
tadi. Jarinya kembali bersarang di pangkal pahaku
bagian dalam, sambil sekali-sekali mengurut kedua
gundukan pantatku. Aku tidak hanya merasakan
pegalku mulai berkurang, namun aku juga
merasakan seperti ada suatu rangsangan tersendiri
menyerang tubuhku bagian bawah.
Mulutku menggigit bantal yang kupakai untuk
menopang daguku saat tengkurap karena menahan
rasa geli di selangkanganku, manakala jari tangan
Mbak Tun menyentuh bibir vaginaku. Terkada
sentuhannya masuk lebih dalam lagi hingga
menyentuh celah belahan bibir vaginaku.
Terus terang liang vaginaku mulai bawah hingga
cairan bening tak terbendung mulai membasahi
liang dan dinding dalam vaginaku. Saat mengurut
gundukan pantatku, seakan dengan sengaja jari
Mbak Tun disentuhkannya ke vaginaku kembali
hingga ujung jarinya sempat menyenggol ujung
klitorisku.
Aku jadi tersiksa sekali karena menahan hasrat birahi
yang timbul akibat sentuhan tangan dan jari Mbak
Tun saat memijat dan mengurut bagian bawah
tubuhku. Untungnya urutan Mbak Tun segera
pindah ke punggungku, terus naik ke leher dan
kembali berakhir di kepalaku.
Kalau di bagian atas tubuhku, aku masih tidak
merasakan suatu rangsangan seperti tadi. Namun
rupanya setelah selesai memijat kepalaku, Mbak Tun
kembali memijat dan mengurut kedua bongkahan
pantatku, yang tentunya pangkal pahaku kembali
menjadi sasarannya pula.
Aku tak kuasa menolak, karena selain kupikir Mbak
Tun toh juga seorang wanita, dan juga normal
karena pernah bersuami walau sudah lama bercerai.
Aku toh akhirnya juga menikmati semua sentuhan
tidak disengaja maupun mungkin disengaja saat
jari-jari tangannya mengusap bagian luar vaginaku.
Sampai akhirnya aku benar-benar tidak tahan lagi.
"Sudah! Cukup! Terima kasih ya Mbak", ujarku
akhirnya.
"Kok sudah toh Mbak?", Tanya Mbak Tun padaku.
"Bagian depannya belum diurut lho! Ayo telentang
Mbak, kuurut sebentar perutnya supaya ususnya
tidak turun", tambah Mbak Tun dengan sedikit
memerintah.
Herannya aku menurut juga. Dan lalu aku pun
telentang di hadapan Mbak Tun. Mbak Tun mulai
kembali mengolesi body lotion ke bagian dada dan
perutku. Mbak Tun langsung mengelus bagian atas
dadaku dekat leher sedang jarinya mengurut ke
bawah ke arah payudaraku. Kemudian area sekitar
payudaraku juga diurut lembut mirip elusan. Aku
yang sudah horny sejak tadi jadi lebih blingsatan lagi
hingga akhirnya aku tidak tahan untuk tidah
mengaduh.
"Aduuh! Geli Mbak!" protesku, tapi Mbak Tun diam
saja sambil terus mengurut pinggiran payudaraku.
Kemudian perutku diurut dari setiap penjuru
mengarah ke pusar. Kini giliran pahaku diurut oleh
Mbak Tun. Cara mengurutnya naik ke atas menuju
pangkal paha, letak kakiku dipisahkan agak lebar
sehingga posisiku lebih terkangkang lagi. Mbak Tun
terus mengurut pahaku. Saat mengurut bagian
dalam pahaku, aku menggeliat tak karuan.
Kemudian Mbak Tun mengurut mulai tepat di atas
vagina menuju pusarku. Katanya ini adalah untuk
menaikkan usus dalam perutku agar supaya tidak
turun ke bawah. Aku diam saja tidak mampu
mengeluarkan sepatah kata pun, terus terang
pijatannya memang enak hingga pegal yang ada di
tubuhku sedah tidak terasa lagi. Namun selain itu
aku juga mendapatkan rangsangan seksual dari cara
Mbak Tun mengurutku.
"Sudah, sekarang yang terakhir" kata Mbak Tun
sambil membuka lebar pahaku.
Mbak Tun berpindah posisi duduknya. Kini dia
berjongkok tepat di hadapan selangkanganku yang
terkangkang lebar. Kedua tangannya secara
bersamaan mengurut kedua pahaku, dari arah lutut
menuju selangkangan hingga aku jadi menggeliat
tidak karuan menahan geli.
Kemudian kedua ibu jarinya mengurut-urut celah
lipatan selangkangan dekat vaginaku dengan cara
mengurutnya dari bawah ke atas terus berulang-
ulang. Bibir vaginaku menjadi saling gesek
karenanya hingga rangsangan dahsyat melanda
bagian bawah tubuhku dan akhirnya aku tak kuasa
lagi mengendalikan nafsu birahiku sendiri hingga
tanpa perlu merasa malu lagi pada Mbak Tun, jariku
kuarahkan ke klitorisku dan terus kugosok-gosokkan
sambil mengangkat dan menggoyang-goyang
pantatku.
Aku akhirnya orgasme di hadapan Mbak Tun.
Persetan kalau mau dia tertawa, bathinku. Namun
ternyata Mbak Tun tetap cuek saja sampai aku
selesai melepaskan orgasme. Lalu kubayar ongkos
Mbak Tun memijatku dan kuminta dia untuk pulang
sendiri.
TAMAT


Adult | GO HOME | Exit
1/2071
U-ON

inc Powered by Xtgem.com